Rabu, 31 Oktober 2018

PENJARAKU JELMAAN SYURGA


Penjaraku Jelmaan Syurga
Aku Ani, santri baru di pondok Ubbadushomad. Aku anak orang yang kaya raya, dulu hidupku penuh dengan kebebasan, aku bebas pergi kemana saja yang aku inginkan. Tapi sekarang, hidupku bagaikan tawanan, aku terkekang, tak ada sedikit pun waktu ku untuk bersenang-senang.
Di pondok, aku sekamar dengan Kirana dan Laura, mereka adalah kakak kelasku. Aku heran dengan mereka, kenapa mereka bisa betah di tempat ini? Aku saja yang baru sebulan di sini sudah tidak tahan dengan semua aturan ini, rasa penasaran ini selalu menghantui pikiran, hingga aku memberanikan diri untuk bertanya pada mereka.
Ani      :” Ehhh Laura, Kirana kenapa sih kalian bisa betah di tempat ini?”
Laura   :”Aku nggak tahu ( bingung sambil gigit jari ) Mungkin karena aku sudah lama di sini.”
Kirana :“Gini dek, kakak betah di sini karena kakak ingin menuntut ilmu dan ingin    membahagiakan orang  tua kakak”
Ani      :“Apa kakak nggak merasa tertekan. Harus inilah! harus itulah!. Semuanya penuh dengan aturan.”
Kirana :”Dulunya sih iya dek, tapi seiring dengang berjalannya waktu kakak merasa nyaman   di tempat ini.”
Tiba-tiba sang ustadz menginstruksikan semua santri untuk mulai persiapan shalat ashar.
Kirana :”Udah dulu ya dek, kakak mau siap-siap dulu nanti kita bicara lagi”
Ani      :”Iya deh kak”
Kirana :” Ani nggak mau siap-siap juga? Nanti telat lho”
Ani      :”Nanti aku nyusul ke mushalla aja “
Cinta   :”Ya udah deh, Laura kita berangkat yuk!”
Laura   :”ayuk”

            Shalat segera ditunaikan, suasana menjadi hening. Setelah beberapa menit akupun masuk ke mushalla  dengan langkah kaki  yang penuh percaya diri, meskipun waktu  itu aku datang terlambat. Saat itu semua mata menyorot ke arahku bagaikan macan yang sedang memburu mangsanya. Tapi meskipun begitu, aku tidak merasa malu dengan tindakanku itu, tanpa melirik kiri kanan lagi aku langsung bergegas dan mengambil posisi untuk sholat. Setelah aku selesai sholat, tiba-tiba ustadz memanggilku dengan raut muka yang menegangkan.
Ustadz :”Heeyy,,,kamu yang terlambat sholat maju ke depan!.(sambil menunjuk Ani)”
Ani      :”Iya ustadz.”
Ustadz :”Kenapa kamu terlambat ?,(dengan nada suara yang tinggi dan muka memerah)”
Ani      :”Terdiam(sambil menundukkan kepala)”
Ustadz :”Hari ini saya maafkan karena kamu santri baru di sini, tapi kesalahan ini jangan diulangi lagi.”
Ani      :”Ya ustadz, saya tidak akan terlambat lagi.”
Ustadz :”Kembali ke tempat mu!.”
            Aku kembali dengan wajah kesal dan malu sambil berkata dalam hati”apa-apaan ini, baru saja telat 5 menit aku sudah dibentak abis-abisan, dia pikir dia siapa bisa membentakku dengan seenak nya”. Setelah aku duduk ustadz menyuruh kami untuk mulai menghafal Al-Quran.
Ustadz :”Iqro min surah an-naba ila surah al muthoffifin! kemudian lanjutkan hafalan kalian!!!”
Semua santri :”Baiklah ustadz.”
            Mereka semua mulai membaca Al-Quran seperti membaca komik yang sangat seru dan menarik. Sementara aku, jangankan membacanya untuk membukanya saja tanganku terasa berat. Tapi karena takut dimarahi lagi, aku pun mulai membacanya dengan suara yang tebata-bata, sengaja aku kecilkan suara agar mereka tidak mengetahui bahwa sampai saat ini aku belum fasih dalam membaca Al-Quran, ingin rasanya aku menutup Al-Quran ini dan mulai berbincang-bincang dengan seorang teman. Namun apalah daya ku,  mereka semua sedang khusuk membaca dan menghafal Al-Quran, jangankan berbicara dengan teman , menengok kiri kanan saja terasa berat dileher mereka.
 Tak lama kemudian tibalah waktu kami untuk istirahat.
Ustadz :”Baiklah, sekarang kalian boleh istirahat!”
            Semua santri langsung berjabat  tangan dengan ustadz, kemudian mereka merefresh otak dengan cara bermain- main di sekitar pondok. Ketika mereka sedang asik bermain, aku hanya terdiam di bawah pohon sambil berpikir bagaimana caranya supaya aku fasih dan lancar dalam membaca ayat suci Al-Quran, tiba-tiba datanglah seorang teman yang menghampiriku.
Kirana :”Heyyy Ani (menepuk bahu Ani)
Lagi mikirin apaan sihhh?”
Ani      :”Gak ada kak”
Kirana :”Dari pada melamun sendiri di sini, mendingan kita main bareng yuuk!”.
Ani      :”Kalian duluaan aja yahh,”
Kirana & Laura :”Yaa udah dehhh,”
             Setelah Kirana dan Laura pergi bermain, aku tetap terdiam di bawah pohon itu sambil memikirkan sesuatu yang sama, waktu terus bejalan, matahari mulai menyembunyikan sinarnya, azan magrib pun dikumandangkan.
 Mendengar suara azan itu, semua santri mulai mempersiapkan diri untuk menunaikan sholat.
                                    10 menit kemudian,,,,,,
            Semua santri telah berkumpul di mushalla, shalat akan segera di tunaikan, para santri mulai mengambil posisinya masing-masing.
Ustadz :”Luruskan dan rapatkanlah shaf.”
Kami langsung merapatkan shaf dan memulai sholat.
            Setelah sholat, kami mulai mengerjakan aktitas-aktivitas yang  biasa kami lakukan (misalnya: belajar atau menghafal Al-Quran dan kitab-kitab yang lain).
            Tepat pada pukul 11:00 kami di suruh istirahat. Aku  langsung bergegas menuju ke asrama.
Ketika aku akan tidur,  tiba-tiba datanglah Kirana dan Laura.
Kirana :“Ani, kita murojaah pelajaran yang tadi yukk,,!”
Ani      :”Kalian aja yang murojaah sana! Aku mau tidur dulu”
Laura dan Kirana :”Owhhh,Yaaaa udah kamu tidur aja!”
            Mereka kemudian mulai mengulang pelajaran dan hafalannya. Jujur saja aku tidak merasa nyaman mendengar suara mereka yang sedang belajar, kuping ku terasa panas, aku ingin tidur tapi mataku tak  bisa dipenjamkan. Namun, ketika mereka mulai membaca Al-Quran hatiku terasa tersentuh, rasa ketidak nyamanan musnah dengan lantunan indah Al-Quran. Aku heran? Sebelumnya aku tak pernah merasa seperti ini, ingin rasanya aku menangis tapi aku tak tahu apa yang harus ditangisi, aku larut dalam suara indah mereka  hingga membuatku terlelap.
            Kini tibalah saatnya untuk sholat tahajjud.
Ustadz :”asholatuhairumminannaum, ,,,,,,,,,,,,, Kepada semua santri silahkan ambil air wudhu dan segera masuk ke mushalla, ada waktu 10 menit.”
             Semua santri bergegas mengambil air wudhu  kecuali aku. Saat itu, aku masih tertidur pulas meskipun Laura dan Kirana yang berusa membangunkanku berkali-kali, aku menghiraukan suara mereka dan  memilih untuk menikamti mimpi indahku.
Dalam waktu beberapa menit mimpi indah berubah menjadi mimpi buruk, ketika ustadzah ku mengamuk dan menyiramkan air pada wajahkku
. Aku terkejut, saat itu aku langsung bangun dan bergegas mengambil air wudhu. Aku terlambat lagi seperti hari-hari kemaren, kini tak ada lagi ampunan bagiku.
            Dengan terpaksa aku harus merasakan bagaimana rasanya berendam di kolam itik yang sangat bau dan kotor. Tapi semua ini pantas untukku, bayangkan saja selama satu bulan lebih aku di sini, aku tak pernah bangun tepat waktu untuk sholat tahjjud. Karena kelakuan buruk ku ini semua teman-teman  menyebutku sebagai “SI SIPUT MALAM”. Sungguh aku merasa tertekan dengan semua aturan ini, jiwa ku terasa hampa, nafas ku terasa sesak, hidup ku bagaikan kupu-kupu yang terjebak di dalam sangkar,  aku ingin mendapatkan kebebeasanku kembali, seperti mereka yang bebas pergi kemana saja untuk meraih kesenangan dan kebahagiaan.
            Keeasokan hari nya terlintas satu ide yang sangat bagus dan bisa membuatku terbebas dari penjara tanpa sel ini. Yaaa,,,,, hari itu aku berpikir  kabur dari pondok, aku hanya tinggal menunggu waktu sore untuk mulai menjalankan rencanaku itu. Tapi sebelum waktu sore tiba, aku menjalankan semua semua aktivitas pondok seperti biasanya: pagi sekolah, dan siangnya  menghafal. Aku melakukan semua itu agar tidak ada yang mengetahui niatku yang ingin kabur dari pondok.
            Sore telah tiba, aku mulai berkemas dan memasukkan barang-barang ku ke dalam koper. Ketika aku sedang asik berkemas, tiba-tiba Kirana datang dan memergoki diriku.
Kirana :”Ehhhhh Ani mau kemana ? kok semua barang dimasukkan ke dalam koper?
Ani      :”Gak ada kok kak, cuma beres-beres aja(raut muka yang menegangkan).”  
Kirana :”Owhhh (menyimpan rasa curiga bahawa Ani ingin kabur dari pondok).”
            Sore telah berlalu dan malam telah tiba, kami mulai mengerjakan aktivitas-aktivitas seperti biasanya. ( shalat, menghafal dan menyetor hafalan.)
            Beberapa jam kemudian.
Ustadz :”Sekarang kalian boleh istirahat”
            Semua santri langsung masuk ke dalam kamarnya masing-masing dan akupun bergegas menuju ke kamar. Saat itu aku berpura-pura tidur sambil menunggu semua orang tertidur.
Kini semua orang sudah tertidur dan suasana menjadi sepi, aku langsung mengambil koper dan berjalan perlahan-lahan keluar dari  kamar menuju ke pintu gerbang. Tapi sangat di sayangkan, sebelum aku sampai ke pintu gerbang Kirana sudah berdiri di sana untuk mencegahku pergi.
Ani      :”Kakk,,,,Kiiiiii,,,,,,,raa,,,naaaaaaaaaaaaaa(terkejut)”
Kirana :”Owhhhhh jadi kamu mau kabur dari sini?”
Ani      :”Iyaaaaa kak , aku mau kabur dari sini. Kakak puas?”(suara yang sangat tinggi)
Kirana :”Tapi kenapa dek?”(suara yang lemah lembut)
Ani      :”Aku tidak tahan lagi kak, aku bosan dengan semuanya. Hukuman yang tak ada hentinya, tegurang yang tak ada habisnya, dan aturan yang membuat hidupku merasa tertekan. Aku ingin bebas dari semua nya kak, aku mohon biarkan kau pergi kak,,,”
Kirana :”Jika itu masalah nya , kenapa Ani tidak pernah berpikir untuk berubah? Semua hukuman itu kamu yang ciptakan Ani. Jika saja kamu tidak melanggar aturan, maka ustadz tidak akan menghukum kamu,dan satu lagi ustadz memberikan  hukuman itu bukan semata-mata untuk menyiksa kamu, tapi untuk membuat kamu tidak mengulangi kesalahan yang sama dan menjadi orang yang tidak disiplin. Cobalah mengerti Ani, kenapa orang tua mu ingin menyekolahkan kamu di pondok pesanten? mereka ingin kamu menjadi anak yang solehah, mereka tidak ingin kamu pandai dalam urusan dunia saja, tapi mereka ingin kamu pandai dalam urusan dunia dan akhirat.
Ani      :”Biarkan aku pergi kak,,(mengeluh)”
Kirana :”Sekarang juga kembali ke kamar!”
Aku pun kembali ke kamar  dan memikirkan semua Perkataan Kirana..
Ani      :”Setelah di pikir-pikir?? perkataan kak kirana ada benernya juga sihhh,, jika mereka bisa berubah lalu kenapa aku tidak?. Baiklah, sekarang aku akan mencoba untuk berubah dan menjadi santri yang disiplin.
Aku mulai menata cita-cita ku  dalam sebuah diary, agar aku menggunakan waktu ku dengan sebaik-baik nya.
1.      Fasih dalam membaca Al-Quran
2.      Tidak bolet terlambat sholat tahajjud dan sholat wajib
Aku mulai mengejar semua cita-citaku.
Sekarang ketika azan di kumandangkan aku langsung bergegas mengambil air wudhu, aku tidak ingin seperti dulu lagi, dan aku tidak ingin menjadi orang yang  lalai.
Waktu terus berlalu, cita-cita ku yang ke-2 sudah terwujud. Aku sudah bisa sholat thajjud dan sholat wajib tepat waktu. Kini saatnya untuk meraih cita-cita ku yang pertama, untuk meraih itu aku harus benar-benar berusaha.
 Aku benar-benar memulainya dari awal, setiap waktu aku selalu berusaha membaca Al-Quran, aku juga membaca Al-Quran di waktu-waktu luangku, bahkan ketika semua teman-teman asik bermain aku hanya terdiam di mushalla dan membaca Al-Quran, kemanapun aku pergi aku selalu membawa Al-Quran agar aku bisa membacanya kapan saja.
            Hingga pada suatu ketika, aku mampu membacanya dengan fasih berkat keistikomahan ku itu. Owhhhh ya,,,, selain bisa membaca Al-Quran aku juga mampu mengfal Al-Quran seperti tema-teman yang lain dan alhamdulillah aku sudah hafal 15 jus.
            Sungguh aku merasa semua situasi berubah drastis, dulu aku yang di panggil SIPUT MALAM berubah menjadi SI PENJAGA MALAM, dulu aku ingin kebebasan dan sekarang aku mendapatkan kebebasan itu. Hanya saja, kebebasan yang dulu aku inginkan adalah kebebasan yang hampa, dan sekarang aku mendapatka kebebasan yang penuh dengan makna. Aku belajar dari sang waktu, ketika keaadan tidak sesuai dengan yang kita harapkan, maka jangan pernah menyalahkan keadaan. Mungkin saja kita yang bermasalah? Ingat :”Sesuatu yang terlihat baik belum tentu baik untuk mu, dan sesuatu yang terlihat buruk  belum tentu buruk untuk mu.” Dan perlu kalian ketahui bahwa Perubahan datang dari diri sendri , bukan dari orang lain. Sekeras  apapun seseorang ingin merubah kalian itu akan menjadi sia-sia jika kalian tak memiliki tekad untuk berubah, dan percayalah jika lingkungan juga bisa merubah seseorang.



                                                                        SEKIAN
      Salam Penulis
                                                                  
                                                                 ( Mutmainnah )

10 komentar: